Dosis cuka sari apel bisa sulit untuk diketahui. Di satu sisi, para pendukung mengatakan bahwa cuka meningkatkan penurunan berat badan dan meningkatkan kontrol glikemik, sehingga Anda mungkin tergoda untuk menggunakannya secara berlebihan. Di sisi lain, para profesional medis memperingatkan tentang efek sampingnya.
Membongkar Mitos Tentang ACV
Minuman fungsional ini ada di mana-mana di media. Anda dapat membacanya di koran, majalah kesehatan, dan bahkan jurnal medis. Namun, tidak ada terlalu banyak bukti untuk mengkonfirmasi manfaatnya.
Keuntungan dan kerugian cuka sari apel sangat tergantung pada bagaimana Anda menggunakannya. Sebagai bahan makanan, kemungkinan aman. Sebagai obat atau obat alami, itu dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Menurut Penn Medicine, cuka sari apel (ACV) tidak mungkin memfasilitasi penurunan berat badan. Sebagian besar studi yang menunjukkan hubungan potensial antara minuman ini dan kehilangan lemak adalah kecil atau tidak meyakinkan. Bahkan, ACV dapat melakukan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan bila digunakan untuk tujuan terapeutik. Bahan makanan ini sangat asam dan dapat merusak gigi dan kerongkongan.
National Control Poison Control Center menyatakan bahwa cuka sari apel dapat membantu mengurangi kadar gula darah pada diabetisi, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme kerjanya. Selain itu, mereka yang menderita penyakit ini tidak boleh mengobati diri sendiri dengan cuka.
Sebagai contoh, sebuah penelitian kecil menemukan bahwa cuka menurunkan trigliserida, kadar gula darah postprandial (setelah makan malam atau makan siang) dan kadar insulin pada penderita diabetes. Para peneliti mengaitkan efek menguntungkan ini dengan kemampuannya untuk meningkatkan penyerapan glukosa. Hasilnya diterbitkan dalam Journal of Diabetes Research pada April 2015. Namun, penelitian ini hanya memiliki 11 subjek, sehingga mungkin tidak konklusif.
Salah satu penggunaan cuka sari apel yang paling populer adalah untuk menghilangkan mulas. Sekali lagi, ada sedikit atau tidak ada bukti untuk mengkonfirmasi bahwa ACV dapat mencegah atau mengobati kondisi ini, tandas Harvard Health Publishing. Perubahan diet, di sisi lain, dapat membuat semua perbedaan.
Dosis Cuka Sari Apel
Cuka sari apel bukan suplemen makanan atau obat-obatan. Karena alasan ini, tidak ada rekomendasi yang pasti tentang berapa banyak yang harus Anda ambil. Sebagian besar pakar dan organisasi kesehatan, termasuk Harvard Health, menyarankan untuk mengambil 1 atau 2 sendok teh sebelum atau selama makan.
Menurut ahli diet terdaftar Sarah Schumacher di University of Wisconsin Health, dosis standar adalah 1 hingga 2 sendok makan ACV per hari. Dia merekomendasikan mencairkannya dengan air atau cairan lain untuk mengurangi keasamannya dan mencegah erosi gigi.
Schumacher juga memperingatkan bahwa cuka sari apel mungkin tidak aman bagi mereka yang minum obat diabetes atau obat yang mengurangi kadar kalium. Sejumlah besar (sekitar 8 ons) ACV dapat menurunkan kadar potasium dan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Profesional medis memperingatkan tentang bahaya kelebihan dosis pada ACV. Canadian Digestive Health Foundation, misalnya, menyatakan bahwa minuman ini dapat mengiritasi tenggorokan, merusak gigi, dan memengaruhi perut. Risikonya bahkan lebih besar bagi mereka yang menderita tukak lambung. Agar tetap aman, campur 1 atau 2 sendok teh ACV ke dalam secangkir air dan bawalah bersama makanan, atau gunakan cuka sebagai bahan pembalut salad.
Apakah Ada Manfaatnya?
Cuka sari apel bukan obat penyembuh, tetapi mungkin bermanfaat bagi kesehatan Anda bila dikonsumsi sebagai bagian dari diet seimbang. Sebuah ulasan yang diterbitkan dalam Journal of Food Science edisi Mei 2014 menganalisis beberapa jenis cuka dan sifat fungsionalnya. Minuman fermentasi ini mungkin memiliki efek antitumor, antioksidan, anti-obesitas dan penurun lipid, seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti. Mereka semua memiliki sifat antimikroba karena tingginya tingkat asam asetat, laktat dan asam sitrat.
Menurut ulasan di atas, cuka sari apel kaya akan asam galat, asam caffeic, asam p-coumaric, katekin dan polifenol lainnya. Antioksidan ini dapat mencegah dan mengurangi peradangan, mengais radikal bebas dan melindungi dari penyakit kronis. Asam galat, misalnya, melawan kerusakan oksidatif dan dapat membantu dalam pengobatan penyakit jantung, infestasi mikroba dan gangguan neurodegeneratif, seperti yang dilaporkan dalam makalah penelitian Januari 2016 yang ditampilkan dalam Journal of Applied Pharmacy .
Selain itu, cuka dapat membantu mengurangi kadar insulin dan glukosa darah setelah makan. Namun, ini tidak berarti dapat mencegah atau mengobati diabetes. Ini hanya menunjukkan bahwa itu dapat meningkatkan kontrol glikemik.
Misalnya, Anda dapat mengambil satu sendok teh ACV sebelum atau sesudah makan makanan tinggi karbohidrat untuk mencegah lonjakan gula darah. Tapi Anda bisa menambahkan lebih banyak serat ke makanan Anda untuk mendapatkan efek yang sama. Serat makanan, apakah itu berasal dari gandum, sayuran atau kacang-kacangan, memperlambat penyerapan gula ke dalam sistem Anda dan meningkatkan rasa kenyang. Selain itu, tidak ada efek samping yang potensial dari cuka.