Dopamin, seperti norepinefrin, adalah neurotransmitter di otak yang memulai adrenalin, hormon, selama aktivasi respons stres. Respons stres umumnya mengatur diri sendiri, siap merespons potensi ancaman dan kemudian mundur begitu ancaman diangkat. Ketika seseorang terus-menerus mengalami tekanan lingkungan, ini dianggap sebagai ancaman yang membuat sistem respons stres terus menyala. Membiarkan respons stres terus-menerus menciptakan kondisi berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa bagi tubuh. Proses ini membanjiri tubuh dengan hormon berlebihan, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan kadar gula darah, menciptakan sejumlah masalah fisik dan psikologis.
Dopamin, Stres, dan Penggerak
Dopamin mengatur kekuatan motivasi dan kecepatan psikomotorik dalam sistem saraf pusat. Dalam beberapa kondisi yang penuh tekanan, aktivitas sistem respons stres akan menyediakan energi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan atau spontan. "Fokus, " sebuah jurnal dari American Psychiatric Association, menunjukkan bahwa selama acara seperti kegiatan olahraga, peran dopamin dan pemicu respons stres memulai untuk memacu aktivitas untuk menyelesaikan pekerjaan dan kemudian kembali ke garis dasar, atau normal, tingkat istirahat. Namun, tekanan lingkungan seperti bekerja dalam pekerjaan yang tidak menyenangkan, menavigasi hubungan yang kasar, tekanan keuangan, dan kejadian serupa yang berkepanjangan dapat membuat sistem respons stres menyala, bekerja terlalu keras, dan menguras semua sistem tubuh lainnya.
Dopamin, Stres, dan Pemikiran-Pemikiran
Dopamin dan sekresi hormon stres yang berlebihan dapat memiliki banyak efek pada fungsi pemrosesan otak. Mereka yang terpapar pada lingkungan yang mengalami stres kronis cenderung menunjukkan defisit memori, konsentrasi yang buruk dan memiliki aliran darah yang tidak memadai ke otak. The Franklin Institute mengemukakan bahwa stres kronis dan menipisnya dopamin sebagai ganti dari pembanjiran hormon menciptakan lingkungan internal tubuh yang sempurna untuk penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit jantung, dan kanker di samping berbagai gangguan autoimun yang dapat melumpuhkan.
Dopamin, Stres dan Efeknya
Dregamin dyregulation terlihat selama respon stres dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk mengalami kesenangan. Stres yang berlebihan menghabiskan toko dopamin alami dan menciptakan efek riak pada edorphin di dekatnya. Endorfin diperlukan untuk mencegah rasa sakit dan mempertahankan suasana hati yang baik. Menurut Franklin Institute, ketika dopamin dan kerusakan endorfin, cedera ringan dapat menjadi hambatan utama dan pengalaman rasa sakit dan penderitaan meningkat. Kegiatan yang dinikmati sebelumnya tidak akan lagi memberikan kesenangan.
Dopamin, Stres, dan Penyakit Autoimun
Dengan dopamin yang memicu pelepasan hormon stres, respons dapat berubah dari baik menjadi buruk dengan cepat. Jika tubuh gagal untuk kembali ke tingkat baseline saat istirahat, konsekuensi jangka panjang dari aktivasi dapat mengganggu semua proses organ. "International Journal of Neuroscience" melaporkan bahwa kortisol dan hormon stres lainnya menyebabkan peradangan kronis dan akan berdampak negatif pada kulit, kardiovaskular, sistem endokrin dan pencernaan sehingga tubuh rentan terhadap penyakit seperti rheumatoid arthritis dan kanker. Selain itu, dapat menyebabkan masalah psikologis yang berkaitan dengan kecemasan, agitasi, kemarahan, kekurangan perhatian, kesulitan belajar, depresi, gangguan tidur dan kehilangan memori permanen.